oleh : Aspikal, S.Pd, M.Pd
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah.
Dalam pelaksanaannya, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
(SPBM), guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah,
walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang hrus dibahas. Proses
pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis
dan logis.
Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan
kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah
proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan
semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi
secara sadar anatara individu dengan lingkungannya.
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai
arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di
masyarakat, maka SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting
untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu
dihadapkan kepada masalah, dari mulai masalah sederhana sampai kepada masalah
yang komplek, dari mulai masalah pribadi sampai kepada masalah keluarga,
masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah dunia. SPBM
inilah diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka
SPBM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk
memperbaiki sistem pembelajaran. Kita menyadari selama ini kemampuan siswa
untuk dapat menyelesaikan masalah kurang diperhatikan oleh setiap guru.
Akibatnya manakala siswamenghadapi masalah, walaupun masalah itu dianngap
spele, banyak siswa yang tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Tidak
sedikit siswa yang mengambil jalan pintas, misalnya dengan mengkonsumsi
obat-obat terlarang atau bahkan bunuh diri hanya gara-gara ia tidak sanggup
menyelesaikan masalah.
2. Konsep Dasar dan Karakteristik SPBM
SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan pada prose penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama SPBM, yaitu :
1.
SPBM merupakan merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam
implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak
mengharapkan siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal
materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2.
Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah
maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.
Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah prose berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu. Sedangkan empiris artinya prose penyelesaian masalah didasarkan pada
data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut
bisa diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari
peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga
atau dari peristiwa kemasyarakatan.
Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat
diterapkan jika :
1.
Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat
materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
2.
Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional
siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka
miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat,
serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif.
3.
,anakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta
membuat tantangan intelektual siswa.
4.
Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
5.
Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan
kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).
3. Hakikat Masalah dalam SPBM
Perbedaan antara strategi
pembelajaran inkuiri (SPI) dengan strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM)
meliputi : pada jenis masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Masalah dalam SPI adalah masalah yang bersifat tertutup.
Artinya, jawaban dari semua masalah sudah itu sudah pasti, oleh sebab itu
jawaban dari masalah yang dikaji itu sebenarnya guru sudah mengetahui dan
memahaminya, namun guru secara tidak langsung menyampaikannya kepada siswa.
Dalam SPI tugas guru pada dasarnya adalah menggiring siswa melalui proses
tanya jawab pada jawaban yang sebenarnya sudah pasti. Tujuan yang ingin di
capai oleh SPI adalah menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa tantang jawaban
dari suatu masalah.
Sedangkan Masalah dalam SPBM adalah masalah yang bersifat
terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa,
bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, SPBM
memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan
menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan
yang ingin dicapai oleh SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis,
analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah
melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan
antara situasi nyata dan kondisi yang diharapka, atau antara kenyataan yang
terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari
adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka
materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber
dari buku saja, akan juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu
sesuai kurikulum yang berlaku.
Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM adalah :
1.
Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik (conflict
issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman, video, dan yang lainnya.
2.
Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga
setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3.
Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang
banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya.
4.
Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang
harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5.
Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu
untuk mempelajarinya.
4. Tahapan-tahapan SPBM
John Dewey seorang ahli pendidikan
berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah SPBM yang kemudian dia namakan
metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu :
1.
Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan
dipecahkan.
2.
Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.
3.
Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan
pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4.
Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang
diperlukan untuk pemecahan masalah.
5.
Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.
6.
Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan
rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan
rumusan kesimpulan.
David
Johnson & Johnson mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui kegiatan
kelompok, yaitu :
1.
Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang
mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan
dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa
tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
2.
Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta
menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor
yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan
dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan
tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghamba
yang diperkirakan.
3.
Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswadidorong untuk
berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap
tindakan yang dapat dilakukan.
4.
Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang
strategi mana yang dapat dilakukan.
5.
Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses
adalah evaluasi tehadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan, sedangkan
evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang
diterapkan.
Sesuai dengan tujuan SPBM, yaitu untuk menumbuhkan sikap
ilmiah dari beberapa bentuk SPBM yang dikemukakan para ahli, maka secara umum
SPBM dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:
1.
Menyadari masalah.
Implementasi
SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya maslah yang harus dipecahkan. Pada
tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap
yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus
dicapai siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap
kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada tahap
ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru dapat
mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan yang pantas dikaji
baik melalui kelompok besar atau kelompok kecil atau bahkan individual.
2.
Merumuskan masalah.
Bahan
pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya
difokuskan pada masalah apa yang pantas dikaji. Rumusan masalah sangat penting,
sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi
tentang masalah dan berkaitan dengan data-data apa saja yang harus dikumpulkan
untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini
adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan
pengetahuannya untuk mengkaji, merinci, dan menganalisis masalah sehingga pada
akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik, dan dapat dipecahkan.
3.
Merumuskan hipotesis.
Sebagai
proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif dan
induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh
ditinggalkan. Kemampuan yang diharapkandari siswa dalam tahapan ini adalah
siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan.
Melalui analisis akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan dapat menentukan
berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat
dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan data yang sesuai dengan hipotesis
yang diajukan.
4.
Mengumpulkan data.
Sebagai
proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah merupakan
hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai
hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang ada. Proses berpikir
ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi proses yang di dasarkan pada
pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong untuk
mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini adalah
kecakapan siswa untuk mengumpulkan memilah data, kemudian memetakan dan
menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.
5.
Menguji hipotesis
Berdasarkan
data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang diterima
dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini
adalah kecakapan dalam menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat
hubungannya dengan masalah yang dikaji. Disamping itu diharapkan juga siswa
dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.
6.
Menentukan pilihan penyelesaian
Menentukan
pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM. Kemampuan yang
diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian
yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang
akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk
memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.
5. Keunggulan dan Kelemahan
SPBM
SPBM memiliki beberapa keunggulan,
yaitu :
1)
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk
lebih memahami isi pelajaran.
2)
Pemecahan masalah (peoblem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan kemampuan baru bagi siswa.
3)
Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
siswa.
4)
Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5)
Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka
lakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk
melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6)
Melalui Pemecahan masalah (problem solving) bisa memeperlihatkan kepada siswa
bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya),
pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh
siswa, bukan hanya sekedar belajar dari gur atau dari buku-buku saja.
7)
Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan da disukai
siswa.
8)
Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
dapat berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan
dengan pengetahuan baru.
9)
Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
10) Pemecahan masalah (
problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus
belajar sekalipun belajar pada pendididkan formal telah berakhir.
Disamping keunggulan, SPBM juga memiliki beberapa kelemahan
yang meliputii:
1)
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan
untuk mencoba.
2)
Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
3)
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar