1 ramadhan
1 Ramadhan 1433 H Dimulai Pada hari Jum'at Tanggal, 20 Juli 2012!!!
Perbedaan 1 syawal dan 1 ramadhan yang terjadi selama ini terjadi tak lepas dari perbedaan sistem penghitungan saja.
Sebagai contoh, Arab Saudi dan negara-negara Arab yang kiblatnya adalah
Ka’bah di Mekkah. Malaysia dan Jepang pun berkiblat pada penentuan 1
Ramadhan atau syawal di Mekkah. Sementara Indonesia umumnya menentukan
sendiri, melalui pertemuan antara pemeritah dan ormas-ormas Islam.
Dalam perhitungan 1 ramadhan dan 1 syawal, ada yang memakai Hisab
dengan perhitungan astronomi yang rumit, ada pula yang memakai Ru’yah
atau melihat bulan / hilal. Jika bulan terlihat, itulah saat mulai
berpuasa atau berbuka puasa (idul Fitri).
Ada pun yang memakai sistem Hisab berpendapat mereka melihat bulan dengan memakai ilmu kalendering.
Pada Ru’yah Lokal, tiap penduduk melihat bulan sendiri-sendiri,
sehingga tiap kota atau tiap negara merayakan hari Idul Fitri
sendiri-sendiri bisa berbeda satu negara dengan negara yang lain bahkan
satu kota dengan kota yang lain.
Ada pun yang memakai Ru’yah
Global begitu ada minimal 2 orang saksi yang dipercaya melihat bulan,
maka itulah awal Ramadhan atau awal Syawal.
Umumnya Tim Ru’yah
di Indonesia gagal melihat Hilal (bulan muda) karena memang langit
berawan sehingga bulan muda sering tertutup awan. Selain itu Jawa yang
merupakan pulau terpadat di dunia begitu terang oleh cahaya lampu-lampu
gedung dan rumah-rumah sehingga langit juga terlihat lebih terang
termasuk di Boscha.
Akibatnya sinar-sinar bintang dan bulan
terganggu dan terlihat kecil dan redup. Di Arab sebaliknya. Langit tidak
berawan. Dengan luas darat yang lebih besar daripada Indonesia (2,4
juta km2) sementara jumlah penduduk cuma 1/5 pulau Jawa, banyak daerah
tak bertuan yang tidak berlampu.
Sehingga langit begitu hitam
kelam, sementara bintang-bintang dan bulan jadi tampak lebih besar
(sekitar 4-6x lipat daripada di Indonesia) dan lebih terang. Oleh karena
itu, Hilal lebih mudah terlihat di sana.
Tak heran dengan
langit yang cerah, banyak bintang-bintang dan rasi bintang yang namanya
berasal dari Arab karena bangsa Arab yang melihat dan menemukannya.
Jadi sulit bagi astronom Indonesia mengungguli astronom Arab mengingat
kondisi langitnya beda sehingga untuk ukuran dunia saja bangsa Arab jauh
lebih unggul.
Ada juga yang berhari raya Idul Fitri mengikuti
Pemerintah. Sudahlah, daripada ribut-ribut dan beda-beda, ikuti saja
pemerintah. Kalau dosa juga kan yang menanggung pemerintah. Dalilnya
adalah ayat Al Qur’an yang memerintahkan kita agar mentaati ”Ulil Amri”.
Paham Ru’yah Global juga menyatakan bahwa ummat Islam itu satu dan
tidak terpecah-belah jadi banyak negara kecil seperti sekarang.
Pada paham Ru’yah Lokal, mereka mengakui pemecahan Islam menjadi banyak
negara seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Qatar, Kuwait,
Arab Saudi, dan lainnya. Tiap negara merayakan Idul Fitri sesuai dengan
Ru’yah yang dilakukan masing-masing negara tersebut.
Ada yang
menyatakan wajar jika Idul Fitri di Indonesia beda dengan di Arab Saudi.
Sholat Dzuhur saja kita tidak bisa kan pakai waktu Arab.
Yang
lain menyatakan bahwa beda waktu di Arab Saudi dengan Indonesia hanya 4
jam. Jadi seharusnya selisihnya hanya 4 jam. Bukan beda hari hingga 28
jam.
Sebagai contoh, shalat Jum’at di Arab dan di Indonesia
dilakukan pada hari yang sama, yaitu hari Jum’at. Hanya beda 4 jam.
Kenapa hari Idul Fitri beda hari sampai 28 jam?(api)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar